Lingkar Studi Islam Psikologi Unnes


Merupakan lembaga Kerohanian Islam yang mengkaji permasalahan psikologi dari perspektif islam di Jurusan Psikologi, Fakultan Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang yang Sehat, Unggul, dan sejahtera.

Gedung A1 Lantai 2 Universitas Negeri Semarang, Kampus Sekaran, Kec. Gunungpati Semarang

email : lsipsikologi.unnes@gmail.com
No. HP : 085865091326
News Update :
slider otomatis
Home » » Tergesa-Gesa, baikkah?

Tergesa-Gesa, baikkah?

Penulis : Unknown on Kamis, 06 November 2014 | Kamis, November 06, 2014

Berikut dalam Al-Quran dan Hadist yang merupakan darar bagi kaum muslimin:
1.      “Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana dia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusi bersifat tergesa-gesa.” (QS Al-Isra’ [17]: 11)
2.      “Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (azab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkanya dengan segera.” (QS Al-Anbiya’ [21]: 37)
3.      Dari Sahal Ibnu Sa’ad bahwa Rosulullah saw. Bersabda, “ Ketenngan (sabar dan berhati-hati) adalah dari Allah dan tergesa-gesa (terburu-buru) adalah dari setan.” (HR Turmudzi)


Hidup adalah sekumpulan pilihan. Setiap saat, setiap waktu, dan disetiap tempat, kita daiharuskan untuk memilih satu diantara dua atau beberapa hal yang terikat sama pentingnya dan sama baiknya. Setelah memilih, ada konsekuensi-konsekuensi yang harus kita tanggung dari pilihan tersebut; baik atau buruk. Itulah sebabnya, yang mengedepankan proses berfikir sebelum bertindak menjadi sebuah tindakan bijak sehingga konsekuensi yang timbul dari hasil memilih tersebut tidak membawa kemudharatan.
Namun sayang, keputusan yang kita ambil sering kali hanya didasari pertimbangan jangka pendek dan hanya berorientasi keuntungan sesaat. Ada banyak keputusan diambil tanpa melakukan studi yang mendalam tentang dampak yang ditimbulkanya. Inilah yang disebut ketergesa-gesaan.
Tergesa-gesa pada dasarnya adalah tindakan yang tidak didasarkan atas informasi yang benar, akurat, lengkap, dan shahih, hanya berdasar kata orang, rumor atau informasi yang sepotong-sepotong, dan keinginan untuk mendapatkan hasil dengan cara mudah. Jadi jangan heran jika tindakan tergesa-gesa berakhir dengan kekecewaan.
Proses semacam ini tidak hanya terjadi pada sekala birokratataupun korporat, melainkan dialami dan dilakukan dengan sadar oleh kita sendiri. Dalam sekala pribadi, contohnyatanya seperti membuang sampah tidak pada tempatnya atau menghendikan angkutan umum bukan di haltenya. Tempat sepele, tetapi dalam konsep islam kebiasaan yang terus diulang adalah sebuah bentuk riyadhah (pelatihan). Apabila kita melihat diri untuk menafikan dan mengeliminasi kedisiplinsnserta mengabaikan perinagtan nurani, pada tingkatan yang lebih besar kita akan terbiasa melakukan pembenaran (legitimasi) terhadap kesalahan. Perilaku instan atau menginginkan segalanya tercapai melalui upayaminimal pada akhirnya akan menjadi karakter yang terurat berakar dan sulit untuk diuraikan.
Nah, ketika kesengangan dan kenyamanan telah dimunculkan sebagai sebuah tujuan, kemudian manusia menjadi tidak sabar dan tergesa-gesa untuk mencapainya, kerja sistem tubuh tidak optimal. Akibatnya, ambang batas kita untuk memaknai dan mencerna kegagalan, kesedihan, dan kekecewaan jadi sangat berkurang.
Jadi kita jangan heran jika angka penyalahgunaan  obat terlarang makin meningkat dari hari ke hari. Bagi masyarakat yang sedang sakit, obat-obatan terlarang seolah menjadi jalan pintas yang menawarkan banyak kesenangan dan banyak kemudahan. Padahal, yang maha kuasa telah mengaruniakan kepada kita senyawa preopioid mela-nocortin (POMC) yang ada di otak. Senyawa ini akan meningkat kadarnya secara bertahab sesuai dengan upaya usaha dan do’a.
Secara biomedik, selain kegagalan berprestasi dalam berbagai bidang kehidupan, kondisi seperti ini akan memunculkan penyakit-penyakit degeneratif. Akan lahir sebuah kondisi dimana sistem tubuh kita melemah dan mudah mengalami kerusakan struktural, sebagaicontoh kerusakan sel-sel pankreas karena adanya kekacauan pengaturan kadargula darah.

Kelainan lain adalah kerusakan dinding pembuluh darah, khususnya sel endotelatau sel pelapis dinding pembuluh darah sebelah dalam. Kerusakan sel indotel biasanyaterjadi karena arus pembuluh darah yang tidak kuat, terkadang sangat deras dan terkadang sangat lemah. Keadaan ini sesuai dengan rirme jantung orang yang gelisah. Lambat laun dinidng pembuluh darah akan terluka. Akibat dari proses penyembuhan luka dapat terbrntuk jaringan ikat dan jaringan lemak pada pembuluh darah, khususnya pembuluh darah jantung (pembuluh koroner). Kondisi semacam ini akan menyebabkan penyumbatan. Penyakit ini kita kenal sebagai jantung koroner.

sumber :
Azhar, Tauhid N. 2011. Mengapa Banyak Larangan?Hokmah dan Efek Pengharaman dalam Bercinta, Kesehatan, serta Psikologi Kejiwaan. Solo: TigaSerangkai
Share this article :

Posting Komentar

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger