Lingkar Studi Islam Psikologi Unnes


Merupakan lembaga Kerohanian Islam yang mengkaji permasalahan psikologi dari perspektif islam di Jurusan Psikologi, Fakultan Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang yang Sehat, Unggul, dan sejahtera.

Gedung A1 Lantai 2 Universitas Negeri Semarang, Kampus Sekaran, Kec. Gunungpati Semarang

email : lsipsikologi.unnes@gmail.com
No. HP : 085865091326
News Update :
slider otomatis
Home » » Dinamika Marah dan Mengapa Mempeturutkan Amarah Dilarang

Dinamika Marah dan Mengapa Mempeturutkan Amarah Dilarang

Penulis : Unknown on Kamis, 06 November 2014 | Kamis, November 06, 2014


Dibawah ini adalah beberapa hadist dalam ajaran islam yang merupakan dasar bagi kaum muslimin tentang larangan marah diantaranya :
1.      “Orang kuat bukanlah Orang bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.” (HR Mutafaqun ‘Alaih)
2.      “Apabila seorang dari kamu sedang marah hendaklah diam.” (HR. Ahmad)
3.      Dikisahkan dari Abu Hurairah, pernah datang kepada Muhammad seorang laki-laki, kemudian dia berkata “berilah aku wasiat!” Nabi pun menjawab, “Jangan Marah!” Beliau mengulangi pesanya tersebut sampai beberapa kali, “Jangan marah!” (HR. Bukhori)

Marah merupakan sebuah bentuk ekspresi diri berupa ketidak puasan terhadap keadaan. Jika demikian setiap orang pasti pernah merasakan emosi bernama marah karena itu normal dan wajar. Akal yang diawali area asosiasi dari lobus frontalis beserta girus presentralis di otak akan mengordinasi peran batang otak dan sistem limbik yang mengawal proses pertahanan diri. Apabila proses pengawalan ini tercedrai oleh peristiwa yang tidak dapat diterima oleh akal sehat, kitapun menjadi marah. Pada saat marah itulah terjadi pengkatan hormon otak dan hormon anak ginjal. Seluruh metabolisme kita meningkat dan siap melaksanakan aksi-aksi yang melibatkan fisik, mental serta pikiran.

Oleh karena itu ketika kita marah dalam islam memerintahkan jika dalam keadaan berdiri maka duduklah, jika duduk maka berbaringlah. Secara postural kondisi fisiologis posisi tubuh. Seorang yang ketika marah sedang dalam posisi berdiri tentu memiliki energi pemompaan ekstra agar aliran darah dapat mencapai otak dengan optimal. Makin berkurang asupan oksigen yang dibawa darah ke-otak, akan makin sulit seorang mengaktifkan sistem pengendalian dirinya. Mengingat sistem pengendalian diri terletak dibagian otak sebelah depan atas. Demikian bula ketika kita duduk, masih ada efek grafitasi yang harus kita lawan. Adapun apabila kita berbaring, aliran darah menuju otak akan sama baiknya dengan yang didistribusikan oleh seluruh tubuh.

Berusaha menempatkan akal sehat di atas emosi akan mampu menghindarkan diri dari berbuat apa yang kita tidak inginkan. Jangan sampai kita meledakan kemarahan tanpa berfikir lebih dahulu atau disebut Daniel Goleman dengan emotional hijacking (pembajakan emosi), karena akan fatal akibatnya. Dala demikian  pembajakan emosi ini, kita tidak memikirkan terlebih dahulu apa akibat-akibatnya atau orang tersebut seperti itu. Biasanya, situasi semacam itu terjadi apabila kita terancam bahaya sehingga kita bereaksi tanpa sempat berfikir terlebih dahulu.

Marah menjadi tidak normal atau tidak wajar apabila kehadianya mendatangkan aneka keburukan baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Dalam ungkapan lain marah yang tidak terkendali dan tidak proporsional atau tidak pada tempatnya. Namun bukanlah hal yang mudah untuk menghindari marah yang semacam  ini, sebagaimana dikatakan Aristoteles, “siapapun bisa marah ... karena marah itu mudah. Akan tetapi, marah pada orang yang tepat pada waktu yang tepat, dengan tujuan yang tepat, dan dengan cara yang baik lagi tepat, bukanlah hal tang mudah!”

Marah yang tidak tepat biasanya disebut amarah karena serat dendam dan cenderung menyakiti. Kata-kata dan perbuatan yang dipilih diwarnai hormon adrenalin yang akan mendorong proses penistaan dan melahirkan kepuasan melalui sederet kebencian. Marah ini akan memanipulasi hormon sskotofobin atau hormon takut pada objek kemarahanya. Akibatnya marah yang kita ekspresikan terlepas dari akal sehat, dan minim pertimbangan.

Setidaknya ada tiga keburukan yang dihasilkan dari marah yang semacam ini, khususnya dari segi psikis dan fisiologis.
Pertama, amarah biasanya akan melahirkan penyesalan, rasa malu dan ketidak berartian dalam hidup. Pada saat marah sedang menggebu-gebu kita tidak akan merasakan apa-apa, kecuali dorongan untuk menuntaskan amarah tersebut kepada objek yang kita marahi. Namun, setelah amarah terlampiaskan dan keadaan tenang, tiba-tiba kitapun menjadi sadar akan “kebodohan” yang baru saja kita lakukan. Bahkan akan lahir penyesalan manakala kemarahan tersebut membuat orang lain celaka dan teraniaya, khususnya pada kemarahan yang disertai kekerasan fisik.
Kedua, marah mengubah fungsi organtubuh secara drastis. Beberapa penelitian ilmuah menunjukkan bahwa marah menimbulkan beberapa perubahan dalam seluruh anggota tubuh, khususnya hati, pembuluh darah, perut, otak, dan kelenjar-kelenjar dalam tubuh. Seluruh jalan fungsi tubuh yang alami berubah pada waktu marah. Hormon adrenalin dan hormon-hormonlainya menyalakan bahan bakar pada saat marah muncul.

Ketiga, marah akan “mempercepat” kematian. Amarah yang terjadi pada seseorang akan mempengaruhi kesehatannya. Berdasarkan fakta-fakta dilapangan rasa marah yang eksplosif , intens, dan berkepanjangan sudah lama diketahui menyebabkan tekanan darah tinggi, penyakit jantung, masalah paru-paru, dan penyembuhan luka yang lebih lama. Lebih jauh lagi, amarah dapat menyebabkan kematian secara mendadak jika hal tersebut mencapai tingkat kehebatan tertentu, khususnya ketika pembuluh darah mengalami penyumbatan dan pecah saat tidak mampu mengakomodasi aliran darah yang dipompakan oleh jantung.



sumber :
Azhar, Tauhid N. 2011. Mengapa Banyak Larangan?Hokmah dan Efek Pengharaman dalam Bercinta, Kesehatan, serta Psikologi Kejiwaan. Solo: TigaSerangkai
Share this article :

Posting Komentar

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger