Filsafat Manusia merupakan induk dari segala cabang ilmusekarang yang ada, salah satunya Psychology berasal dari kata Psyche artinya Jiwa, dan Logy yang memiliki arti Ilmu. Psychology merupakan ilmu jiwa dimana merupakan hasil dari menifestasinya. apakah itu Manusia? Selalu menjadi perbincangan sejak dahulu oleh orang orang filosof dan ilmuwan barat yang berupaya mencari konsep tentang apakah itu Manusia. Namun dalam membangun teori maupun hasil analisa manusia selalu mendapati kecacatan dalam memahaminya. Seperti konsep awal mula manusia menurut Charles Darwin, dimana manusia berasal dari evolusi manusia purba. Dan islam sendiri menyatakan bahwa manusia berasal dari keturunan Nabi Adam AS, yang merupakan manusia seutuhnya.
Menurut Posmodernisme memandang manusia sebagai alata yang bias diotak-atik seenaknya. Dalam pandangan ilmu-ilmu sosial, Manusia sebagai makhluk yang berada dalam keadaan sekarat dan tinggal menunggu ajal ( man is dead or dying). Ini erat kaitanya dengan teori evolusi “ siapa yang kuat dia yang bertahan hidup”. Saat kita belajar ilmu psikologi, akan adanya berbagai pandangan aliran yang merupakan akar dari filsafat. Menurut Hanna Djumhana, “Sekalipun pendekatan itu bersifat empiris-induktif pasti pada taraf tertentu akan sampai pula pada pertnyaan filosofos Apakah Manusia itu. Penulis meyakini bahwa yang menciptakan manusia lebih tahu tentang apa-apa yang diciptakan, dibandingkan manusia yang hanya sedikit sekali ilmunya, di ibaratkan ilmu Allah berdasar Ayat kauniyah dan kauliyah seluas samudera, sedangkan manusia seperti jari yang dicelupkan dan dingkatlah hingga hanya setetes air. Dengan mengambil konsep manusia menurut Al Quran adalah “basyar, insan, dan dzuriyah”. (1) Basyar dalam Al Qur’an merupakan aspek fisik maupun psikis yang Nampak. (2) Insan berarti merupakan manusia yang senantiasa tunduk, berbeda dengan hewan dimana aspek kerohanian, perbedaan fisik, keimanan, dan akhlak.(3) Dzuriyah Pembawaan manusia sejak lahir mulia.
Psikologi mempelajari manusia dalam aspek kejiwaan, penulis sendiri meyakini bahwa seharusnya psikologi lebih mempelajari tentang Hati (Qalb). Jiwa lebih dekat dengan efektif dengan aspek Religius, Journal of Psychiatry and Archieves of General Psychiatry menunjukan bahwa 72% responden terdapat hubungan positif antara komitmen agama dan kesehatan jiwa. Psikologi Klinis menyatakan kesetujuanya bahwa keimanan agama adalah hal yang terpenting dalam mempengaruhi kehidupan mereka (Bergin dan Jensen, 1990).
Memahami Manusia dalam perspektif Al-Quran sebagai berikut:
1) Keberadaan manusia tiada lain bukanlah hal kebetulan, tetapi segala apa yang ada doi langit dan di bumi merupakan kesengajaan penciptaan dari sang Khalik
2) Allah yang menciptakan manusia pastinya Allah yang lebih tahu karakteristik sampai kehal paling kecil manusia, dan bagaimana cara manusia bahagia dunia dan akhirat.
3) Pengetahuan manusia terbatas dan ilmu Allah tiada batas, sehingga informasi menganai pengembangan manusia terdapat dalam Al-Quran yang perlu di gali secara benar.
“Kami akan memperlihatkan kepada tanda-tanda (kekuasaan ) Allah di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri” (QS. 41:53)
Daftar Pustaka:
Al-Quran
Hawari, Dadang. 2002. “Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi”. Jakarta: UI Press
Sutoyo, Anwar. 2012. “Manusia dalam Perspektif Al-Qur’an”. Semarang: PPS UNNES
Anchok, Djamaludin& Fuad Nashory. 2011. “Psikologi Islami”. Yogyakarta: Putaka Pelajar
Posting Komentar